Hemodialisis adalah prosedur penyelamatan hidup bagi individu dengan penyakit ginjal stadium akhir (PGSA), yang berfungsi menggantikan fungsi ginjal dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah. Meskipun efektif, hemodialisis seringkali disertai dengan berbagai komplikasi, salah satunya adalah hipotensi intradialitik (HID), yaitu penurunan tekanan darah yang signifikan selama sesi dialisis. HID dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan, seperti pusing, mual, muntah, kram otot, dan bahkan kehilangan kesadaran, yang secara signifikan memengaruhi kualitas hidup pasien dan dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang HID, termasuk penyebab, faktor risiko, strategi pencegahan, dan penatalaksanaan yang efektif. Dengan memahami seluk-beluk HID, profesional kesehatan dan pasien dapat bekerja sama untuk meminimalkan kejadian HID dan meningkatkan pengalaman dialisis secara keseluruhan.
Memahami Hipotensi Intradialitik (HID)
HID didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik (TDS) sebesar ≥20 mmHg atau penurunan TDS hingga <90 mmHg yang disertai dengan gejala selama dialisis. HID merupakan komplikasi umum, yang mempengaruhi hingga 20-50% sesi hemodialisis.
Penyebab dan Faktor Risiko HID
HID bersifat multifaktorial, yang berarti disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor. Beberapa penyebab dan faktor risiko utama meliputi:
-
Pengurangan Volume Intravaskular:
- Ultrafiltrasi (UF) Agresif: Penghapusan cairan yang cepat dan berlebihan selama dialisis dapat menyebabkan penurunan volume darah yang signifikan, yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
- Asupan Cairan Berlebihan di Antara Dialisis: Kelebihan cairan di antara sesi dialisis menyebabkan kebutuhan UF yang lebih besar selama dialisis, sehingga meningkatkan risiko HID.
- Perdarahan: Perdarahan yang signifikan, baik internal maupun eksternal, dapat menyebabkan penurunan volume darah dan berkontribusi pada HID.
-
Disfungsi Kardiovaskular:
- Penyakit Jantung: Pasien dengan penyakit jantung yang mendasarinya, seperti gagal jantung, penyakit arteri koroner, dan aritmia, lebih rentan terhadap HID karena kemampuan jantung mereka untuk mengkompensasi perubahan volume darah terbatas.
- Disfungsi Otonom: Neuropati otonom, yang sering terjadi pada pasien diabetes, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah sebagai respons terhadap perubahan volume.
- Penyakit Katup Jantung: Stenosis aorta atau insufisiensi mitral dapat membatasi curah jantung dan memperburuk HID.
-
Faktor Vasodilatasi:
- Asetat: Asetat, digunakan sebagai buffer dalam beberapa larutan dialisat, dapat menyebabkan vasodilatasi, yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
- Nitrit Oksida (NO): Peningkatan produksi NO selama dialisis dapat menyebabkan vasodilatasi dan berkontribusi pada HID.
- Pemberian Makan: Makan selama dialisis dapat menyebabkan vasodilatasi splanknik, yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistemik.
-
Faktor Lain:
- Usia Lanjut: Pasien yang lebih tua lebih rentan terhadap HID karena penurunan fungsi kardiovaskular dan respons kompensasi.
- Diabetes: Pasien diabetes sering mengalami disfungsi otonom dan penyakit kardiovaskular, yang meningkatkan risiko HID.
- Anemia: Anemia dapat mengurangi kemampuan darah untuk membawa oksigen, yang menyebabkan kelelahan dan meningkatkan kerentanan terhadap HID.
- Obat-obatan: Beberapa obat-obatan, seperti vasodilator, beta-blocker, dan inhibitor ACE, dapat menurunkan tekanan darah dan berkontribusi pada HID.
Pencegahan Hipotensi Intradialitik
Pencegahan HID sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko komplikasi. Beberapa strategi pencegahan meliputi:
-
Penilaian dan Manajemen Cairan yang Cermat:
- Evaluasi Berat Kering: Penentuan berat kering yang akurat (berat pasien setelah dialisis ketika tidak ada kelebihan cairan) sangat penting. Penilaian berat kering harus dilakukan secara berkala dengan mempertimbangkan status hidrasi pasien, tekanan darah, dan gejala.
- Pembatasan Cairan: Pasien harus dididik tentang pentingnya membatasi asupan cairan di antara sesi dialisis untuk meminimalkan kebutuhan UF selama dialisis.
- Ultrafiltrasi Bertarget: Kecepatan UF harus disesuaikan untuk menghilangkan cairan secara bertahap dan menghindari pengurangan volume yang cepat. Pemantauan volume darah berkelanjutan dapat membantu memandu kecepatan UF dan mencegah HID.
-
Optimasi Kardiovaskular:
- Manajemen Penyakit Jantung: Kondisi jantung yang mendasarinya harus dikelola secara agresif untuk meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi risiko HID.
- Modifikasi Obat: Obat-obatan yang dapat berkontribusi pada HID harus ditinjau dan disesuaikan seperlunya.
- Pemantauan Tekanan Darah: Pemantauan tekanan darah secara teratur sebelum, selama, dan setelah dialisis sangat penting untuk mengidentifikasi dan mengelola HID.
-
Penyesuaian Dialisat:
- Bikarbonat Dialisat: Penggunaan dialisat berbasis bikarbonat lebih disukai daripada dialisat berbasis asetat karena bikarbonat kurang cenderung menyebabkan vasodilatasi.
- Profil Natrium: Profil natrium, yang melibatkan perubahan konsentrasi natrium dalam dialisat selama dialisis, dapat membantu menjaga volume darah dan mencegah HID.
- Dialisat Dingin: Penggunaan dialisat dingin (35-36°C) dapat menyebabkan vasokonstriksi dan membantu meningkatkan tekanan darah.
-
Intervensi Non-Farmakologis:
- Latihan: Latihan teratur dapat meningkatkan fungsi kardiovaskular dan mengurangi risiko HID.
- Posisi: Membaringkan pasien dalam posisi Trendelenburg (dengan kaki ditinggikan) dapat membantu meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan pengembalian vena.
- Pemberian Makan: Menghindari makan selama dialisis dapat mengurangi risiko vasodilatasi splanknik.
-
Edukasi Pasien:
- Pentingnya Kepatuhan: Pasien harus dididik tentang pentingnya mematuhi pembatasan cairan, minum obat sesuai resep, dan melaporkan gejala apa pun yang berkaitan dengan HID.
- Manajemen Mandiri: Pasien dapat diajarkan teknik untuk mengelola HID, seperti berbaring, minum cairan, dan mengonsumsi makanan ringan asin.
Penatalaksanaan Hipotensi Intradialitik
Meskipun ada upaya pencegahan, HID mungkin masih terjadi. Penatalaksanaan HID meliputi:
- Menghentikan UF: Langkah pertama adalah segera menghentikan UF untuk mencegah pengurangan volume lebih lanjut.
- Posisi: Letakkan pasien dalam posisi Trendelenburg untuk meningkatkan pengembalian vena.
- Oksigen: Berikan oksigen untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
- Cairan: Berikan bolus cairan salin normal untuk meningkatkan volume darah.
- Obat-obatan: Dalam beberapa kasus, obat-obatan seperti midodrin atau etilefrin dapat digunakan untuk meningkatkan tekanan darah.
- Pemantauan: Pantau tekanan darah dan tanda-tanda vital pasien dengan cermat.
- Evaluasi: Setelah HID teratasi, evaluasi penyebab yang mendasarinya dan sesuaikan rencana dialisis sesuai kebutuhan.
Kesimpulan
HID adalah komplikasi umum dan berpotensi serius dari hemodialisis yang dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hidup pasien. Dengan memahami penyebab dan faktor risiko HID, menerapkan strategi pencegahan, dan memberikan penatalaksanaan yang tepat, profesional kesehatan dapat meminimalkan kejadian HID dan meningkatkan hasil pasien. Penilaian cairan yang cermat, optimasi kardiovaskular, penyesuaian dialisat, intervensi non-farmakologis, dan edukasi pasien merupakan komponen penting dari manajemen HID yang komprehensif. Kolaborasi antara profesional kesehatan dan pasien sangat penting untuk memastikan rencana perawatan yang dipersonalisasi dan efektif untuk pencegahan dan penatalaksanaan HID.

