Hemodialisis: Sebuah Jendela Kehidupan – Memahami Proses Penjernihan Darah Ekstrakorporeal

Gagal ginjal kronis adalah kondisi medis serius di mana ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring limbah dari darah secara efektif. Ketika fungsi ginjal menurun hingga tingkat yang kritis, akumulasi racun, cairan berlebih, dan elektrolit yang tidak seseimbang dapat mengancam jiwa. Dalam situasi seperti ini, terapi pengganti ginjal menjadi krusial. Salah satu metode yang paling umum dan efektif adalah hemodialisis, sebuah proses di mana mesin bertindak sebagai "ginjal buatan" untuk membersihkan darah. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana proses hemodialisis dilakukan, langkah demi langkah, dari persiapan hingga penyelesaian.

Pendahuluan: Mengapa Hemodialisis Begitu Penting?

Ginjal adalah organ vital yang bertanggung jawab untuk menyaring sekitar 180 liter darah setiap hari, membuang limbah metabolik seperti urea, kreatinin, dan kelebihan garam serta air, sekaligus menjaga keseimbangan elektrolit dan tekanan darah. Ketika ginjal tidak lagi dapat menjalankan fungsi ini (disebut sebagai Penyakit Ginjal Tahap Akhir atau PGTA), tubuh akan mengalami keracunan akut yang disebut uremia. Gejala uremia bisa bervariasi mulai dari kelelahan parah, mual, muntah, pembengkakan (edema), hingga koma dan kematian jika tidak ditangani.

Hemodialisis menjadi jembatan kehidupan bagi jutaan pasien di seluruh dunia, memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dan mempertahankan kualitas hidup yang relatif baik meskipun dengan keterbatasan. Proses ini umumnya dilakukan 3 kali seminggu, masing-masing sesi berlangsung sekitar 4-5 jam, tergantung pada kondisi pasien dan kebutuhan medisnya.

1. Persiapan Pasien dan Peralatan: Fondasi Sesi yang Aman

Sebelum sesi hemodialisis dimulai, serangkaian persiapan cermat harus dilakukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas pengobatan.

  • Pendaftaran dan Verifikasi Data: Pasien tiba di unit dialisis, melakukan pendaftaran, dan data medisnya diverifikasi untuk memastikan rencana perawatan yang tepat.
  • Pengukuran Tanda Vital dan Berat Badan: Perawat akan mengukur tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan berat badan pasien. Berat badan pra-dialisis sangat penting karena menjadi patokan untuk menentukan berapa banyak cairan berlebih yang harus dikeluarkan selama sesi. Perbedaan berat badan antara setelah sesi sebelumnya dan sebelum sesi saat ini menunjukkan akumulasi cairan yang harus dihilangkan.
  • Pemeriksaan Akses Vaskular: Ini adalah langkah krusial. Perawat akan memeriksa kondisi akses vaskular pasien (fistula, graft, atau kateter) untuk tanda-tanda infeksi, pembengkakan, atau masalah lain yang mungkin mempengaruhi kelancaran proses penusukan atau aliran darah.
  • Persiapan Peralatan:
    • Mesin Dialisis: Mesin ini adalah inti dari seluruh proses. Ia memiliki pompa darah, sistem pencampur dialisat, monitor tekanan, detektor udara, dan pompa heparin.
    • Dializer (Ginjal Buatan): Ini adalah filter yang sebenarnya membersihkan darah. Terdiri dari bundel serat berongga kecil atau lembaran datar yang berfungsi sebagai membran semi-permeabel.
    • Jalur Darah (Bloodlines): Set selang steril yang menghubungkan pasien ke dializer dan kembali lagi. Ada jalur arteri (membawa darah dari pasien ke dializer) dan jalur vena (membawa darah yang sudah bersih kembali ke pasien).
    • Cairan Dialisat: Solusi khusus yang mengandung air murni, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium), bikarbonat, dan glukosa dalam konsentrasi yang telah diatur. Cairan ini akan mengalir berlawanan arah dengan darah di dalam dializer.
    • Jarum Fistula/Graft: Jarum khusus berukuran besar (biasanya 15-17 gauge) yang digunakan untuk menusuk akses vaskular.
    • Heparin: Antikoagulan yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah di dalam jalur darah dan dializer selama proses.
    • Peralatan Tambahan: Sarung tangan steril, desinfektan kulit, plester, dan peralatan darurat lainnya.

2. Akses Vaskular: Gerbang Utama Hemodialisis

Akses vaskular yang baik adalah "jalur kehidupan" bagi pasien hemodialisis. Tanpa akses yang memadai, proses dialisis tidak dapat dilakukan secara efektif. Ada tiga jenis akses utama:

  • Fistula Arteriovenosa (AVF): Ini adalah pilihan terbaik dan paling direkomendasikan. Fistula dibuat melalui operasi kecil di mana arteri dan vena di lengan pasien disambungkan. Sambungan ini menyebabkan vena membesar dan dindingnya menebal (maturasi), menjadikannya cukup kuat untuk ditusuk berulang kali dengan jarum besar. AVF memiliki risiko infeksi dan pembekuan yang lebih rendah serta umur pakai yang lebih panjang. Namun, membutuhkan waktu 6 minggu hingga beberapa bulan untuk matang sebelum dapat digunakan.
  • Graft Arteriovenosa (AVG): Jika vena pasien tidak cocok untuk fistula, graft dapat dibuat. Graft adalah tabung sintetis yang disambungkan antara arteri dan vena. Graft dapat digunakan lebih cepat daripada fistula (sekitar 2-3 minggu), tetapi memiliki risiko infeksi dan pembekuan yang sedikit lebih tinggi daripada fistula.
  • Kateter Vena Sentral (CVC): Kateter adalah selang plastik yang dimasukkan ke dalam vena besar di leher (vena jugularis), dada (vena subklavia), atau pangkal paha (vena femoralis). Kateter dibagi menjadi dua jenis: kateter sementara (digunakan dalam situasi darurat atau jangka pendek) dan kateter tunneled (dimasukkan di bawah kulit untuk penggunaan jangka panjang). CVC dapat digunakan segera setelah pemasangan, menjadikannya pilihan untuk memulai dialisis dengan cepat. Namun, CVC memiliki risiko infeksi yang paling tinggi dan aliran darah yang mungkin tidak seoptimal fistula atau graft.

Setelah akses vaskular dipilih dan disiapkan, perawat akan membersihkan area penusukan dengan desinfektan dan kemudian menusukkan dua jarum ke dalam fistula atau graft (atau menghubungkan jalur darah ke port kateter). Satu jarum (jalur arteri) akan mengambil darah dari pasien menuju mesin, dan jarum lainnya (jalur vena) akan mengembalikan darah yang sudah bersih ke pasien.

3. Proses Dialisis: Ginjal Buatan Bekerja

Setelah jarum terpasang atau kateter terhubung, proses inti hemodialisis dimulai:

  • Pembersihan Jalur (Priming): Sebelum darah pasien mengalir, jalur darah dan dializer "dipriming" dengan larutan salin steril untuk mengeluarkan semua udara dan memastikan sterilitas sistem.
  • Sirkulasi Ekstrakorporeal:
    1. Pengambilan Darah: Pompa darah di mesin dialisis mulai bekerja, menarik darah dari pasien melalui jalur arteri menuju dializer.
    2. Pembersihan di Dializer: Di dalam dializer, darah mengalir di satu sisi membran semi-permeabel, sementara cairan dialisat mengalir di sisi lain, namun dalam arah yang berlawanan (aliran berlawanan arah atau counter-current flow) untuk memaksimalkan efisiensi pertukaran zat.
      • Difusi: Prinsip utama pembersihan. Zat limbah dengan konsentrasi tinggi dalam darah (seperti urea, kreatinin, kalium, fosfat) akan bergerak melintasi membran ke cairan dialisat yang memiliki konsentrasi zat-zat tersebut yang lebih rendah atau nol. Sebaliknya, elektrolit penting seperti natrium dan bikarbonat dari dialisat dapat berdifusi masuk ke darah jika konsentrasinya rendah di darah pasien.
      • Ultrafiltrasi: Ini adalah proses penghilangan kelebihan cairan. Mesin dialisis menciptakan tekanan negatif (penghisapan) pada sisi dialisat dari membran, yang "memeras" kelebihan air dari darah pasien ke dalam dialisat. Jumlah cairan yang harus dihilangkan dihitung berdasarkan target berat badan kering pasien (berat badan ideal tanpa kelebihan cairan).
      • Konveksi: Pergerakan pelarut (air) melintasi membran membawa serta zat terlarut (limbah) bersamanya.
    3. Pengembalian Darah: Setelah darah dibersihkan dan cairan berlebih dihilangkan, darah yang sudah "murni" kembali ke tubuh pasien melalui jalur vena.
  • Antikoagulasi (Heparinisasi): Untuk mencegah darah membeku di dalam jalur darah dan dializer selama sesi, sejumlah kecil antikoagulan (biasanya heparin) diberikan secara terus-menerus atau intermiten ke dalam jalur darah. Dosis heparin disesuaikan untuk setiap pasien berdasarkan risiko perdarahan mereka.
  • Pemantauan Berkelanjutan: Selama seluruh sesi, perawat dan teknisi dialisis memantau pasien dan mesin secara ketat. Ini meliputi:
    • Pengukuran tekanan darah dan detak jantung pasien secara berkala.
    • Pemantauan parameter mesin: aliran darah, tekanan di dalam jalur, volume ultrafiltrasi, konduktivitas dialisat, dan deteksi udara.
    • Mengamati pasien untuk tanda-tanda komplikasi seperti hipotensi (tekanan darah rendah), kram otot, mual, muntah, sakit kepala, atau reaksi alergi.

4. Pengakhiran Dialisis: Menyelesaikan Sesi

Setelah sekitar 4-5 jam, atau ketika target penghilangan cairan dan pembersihan limbah telah tercapai, sesi dialisis berakhir:

  • Pengembalian Darah (Rinseback): Pompa darah dihentikan. Larutan salin steril dialirkan melalui jalur arteri untuk mendorong semua sisa darah dari jalur dan dializer kembali ke tubuh pasien. Ini memastikan tidak ada darah yang terbuang.
  • Pelepasan Jarum/Kateter: Setelah semua darah kembali, jarum dilepas dari akses vaskular (atau kateter dilepaskan dari mesin).
  • Hemostasis: Tekanan langsung diberikan pada area penusukan selama beberapa menit untuk menghentikan pendarahan. Plester atau perban steril kemudian ditempelkan.
  • Pengukuran Pasca-Dialisis: Tekanan darah, detak jantung, dan berat badan pasien diukur lagi. Berat badan pasca-dialisis menunjukkan keberhasilan penghilangan cairan. Pasien biasanya akan merasa lebih ringan dan bengkak berkurang.
  • Edukasi Pasien: Perawat memberikan instruksi kepada pasien mengenai perawatan akses vaskular, batasan cairan dan diet, serta jadwal sesi berikutnya.

Manfaat dan Tantangan Hemodialisis

Manfaat:

  • Memperpanjang Harapan Hidup: Hemodialisis adalah terapi penyelamat jiwa bagi pasien PGTA.
  • Mengatasi Gejala Uremia: Meredakan mual, muntah, kelelahan, dan pembengkakan.
  • Meningkatkan Kualitas Hidup: Memungkinkan pasien untuk kembali ke aktivitas sehari-hari, meskipun dengan batasan.
  • Mengontrol Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Mencegah komplikasi serius akibat ketidakseimbangan.

Tantangan:

  • Ketergantungan Waktu: Membutuhkan komitmen waktu yang signifikan (3 kali seminggu, masing-masing 4-5 jam).
  • Pembatasan Diet dan Cairan: Pasien harus sangat disiplin dalam membatasi asupan cairan, natrium, kalium, dan fosfat.
  • Kelelahan: Banyak pasien mengalami kelelahan pasca-dialisis.
  • Komplikasi: Risiko infeksi akses vaskular, hipotensi, kram otot, dan masalah kardiovaskular.
  • Dampak Psikologis: Beban emosional dan penyesuaian gaya hidup dapat memengaruhi kesehatan mental pasien.

Peran Tim Medis

Proses hemodialisis melibatkan tim profesional yang berdedikasi:

  • Nefrolog: Dokter spesialis ginjal yang merencanakan dan mengelola perawatan pasien.
  • Perawat Dialisis: Pilar utama dalam pelaksanaan sesi, pemantauan, dan edukasi pasien.
  • Teknisi Dialisis: Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan operasional mesin.
  • Ahli Gizi: Memberikan konseling diet untuk mengelola nutrisi dan pembatasan makanan.
  • Pekerja Sosial/Psikolog: Memberikan dukungan emosional dan membantu pasien mengatasi tantangan hidup dengan penyakit ginjal.

Masa Depan Hemodialisis

Inovasi terus berlanjut dalam bidang hemodialisis. Pengembangan mesin dialisis portabel dan wearable (dapat dikenakan), serta peningkatan minat pada dialisis rumahan (home dialysis), bertujuan untuk memberikan fleksibilitas lebih besar dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Penelitian tentang ginjal buatan implan dan terobosan dalam pengobatan gagal ginjal juga memberikan harapan baru bagi masa depan.

Kesimpulan

Hemodialisis adalah prosedur medis yang kompleks namun sangat vital, melibatkan interaksi antara teknologi canggih dan perawatan medis yang cermat. Proses ini tidak hanya sekadar membersihkan darah, tetapi juga merupakan sebuah seni dalam menjaga keseimbangan tubuh dan memperpanjang kehidupan. Bagi pasien gagal ginjal kronis, setiap sesi hemodialisis adalah pengingat akan perjuangan dan ketahanan, sebuah jendela kehidupan yang memungkinkan mereka untuk terus berjuang dan menikmati momen berharga di dunia ini. Memahami setiap langkah proses ini penting bagi pasien, keluarga, dan masyarakat luas untuk memberikan dukungan yang lebih baik dan mengapresiasi keajaiban ilmu kedokteran.

bagaimana proses hemodialisa dilakukan

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

By Hemodialisa Plara

HEMODIALISA RSUD Palabuhanratu Unit Hemodialisa RSUD Palabuhanratu merupakan suatu unit kesehatan yang melakukan proses cuci darah bagi penderita disfungsi ginjal. Saat ini unit hemodialisa melayani pasien BPJS dan umum, Fasilitas pelayanan, sarana dan prasarana & SDM 1. Unit hemodialisa RSUD Palabuhanratu memiliki 12 buah mesin yang berfungsi baik serta memiliki fasilitas mesin pengolahan air yang sangat baik dimana dapat menghasilkan air yang memenuhi standar persyaratan hemodialisa. 2. 12 (Dua Belas) buah tempat tidur pasien yang dapat diubah sesuai kondisi pasien sehingga merasa nyaman selama hemodialisa 3. Ruang Hemodialisa RSUD Palabuhanratu berada dekat dengan Instalasi Gawat Darurat. Kamar ini juga dilengkapi dengan lobi ruang tunggu bagi keluarga pasien, TV, AC, dan dispenser untuk menambah kenyamanan selama menjalani proses hemodialisa 4. Proses hemodialisa berlangsung lama yaitu kurang lebih 4-5 jam untuk setiap pasien, difasilitasi dengan TV untuk membuat pasien nyaman ketika proses cuci darah berlangsung. 5. Dengan tenaga dokter dan perawat mahir yang telah mendapatkan pelatihan hemodialisa mahir.