Pelabuhanratu, 10 September 2025 – Siswa SMK Mutiara Palabuhanratu jurusan Keperawatan saat ini tengah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama satu minggu penuh di RSUD Palabuhanratu. Salah satu bagian yang paling berkesan bagi mereka adalah pengalaman belajar langsung di Unit Hemodialisa, tempat pasien gagal ginjal kronis menjalani terapi cuci darah.
Meskipun baru memasuki hari ketiga, para siswa sudah merasakan banyak sekali ilmu dan pengalaman berharga. Bahkan mereka menggambarkan pengetahuan yang diperoleh sebagai “ilmu segudang bahkan segunung” karena begitu melimpah dan mendalam.
Di unit hemodialisa, siswa diperkenalkan dengan mesin cuci darah tipe 4008S. Mesin ini merupakan perangkat vital yang berfungsi menggantikan sebagian kerja ginjal yang sudah tidak dapat menyaring darah dengan baik.
Para siswa mendapat penjelasan langsung tentang cara kerja mesin, alur darah yang keluar dari tubuh pasien menuju filter khusus, hingga bagaimana darah yang sudah bersih kembali lagi ke tubuh. Penjelasan ini membuat mereka semakin paham bahwa hemodialisa bukan hanya sekadar prosedur medis, tetapi juga teknologi yang benar-benar menyelamatkan hidup pasien.
Salah satu siswa mengungkapkan kekagumannya:
“Awalnya saya hanya tahu cuci darah dari buku pelajaran. Tapi di sini saya bisa melihat langsung bagaimana darah diproses oleh mesin. Rasanya luar biasa dan menambah semangat saya untuk belajar lebih giat lagi.”
Selain praktik, siswa juga diajak memahami kembali tentang anatomi dan fisiologi ginjal. Mereka mempelajari bagaimana ginjal yang sehat bekerja, mulai dari menyaring darah, menjaga keseimbangan cairan, mengatur tekanan darah, hingga menghasilkan hormon penting.Dengan dasar ini, siswa lebih mudah memahami kondisi pasien gagal ginjal. Mereka tahu mengapa pasien harus rutin menjalani cuci darah, dan betapa pentingnya peran tenaga kesehatan dalam mendampingi pasien agar tetap semangat menjalani terapi.
Tidak hanya teori, siswa juga diajarkan tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien gagal ginjal.
Proses ini mencakup:
Persiapan pasien sebelum tindakan hemodialisa.
Pendampingan pasien selama proses berlangsung.
Pemantauan kondisi pasien setelah prosedur selesai.
Mereka belajar bagaimana perawat menjaga kenyamanan pasien, mulai dari komunikasi yang menenangkan, memastikan keamanan jalur darah, hingga memperhatikan tanda-tanda vital.
Seorang siswa menyampaikan pengalamannya:
“Kami belajar bahwa tugas perawat bukan hanya memasang alat, tapi juga memberikan rasa aman dan nyaman. Kadang hanya dengan senyum atau obrolan ringan, pasien jadi lebih tenang.”
Selama kegiatan PKL, siswa mendapat bimbingan dari Clinical Instructor (CI) yang mendampingi mereka. Menurut para siswa, CI tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga memberikan semangat dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.
“CI kami sangat humble. Beliau selalu sabar menjawab pertanyaan kami, meski kadang kami bertanya hal yang sama berulang kali. Penjelasannya mudah dimengerti, seperti kakak yang membimbing adiknya,” ujar salah satu siswa.
Selain CI, siswa juga merasakan keramahan dari kepala ruangan dan para perawat. Mereka bukan hanya ramah kepada siswa, tetapi juga penuh perhatian kepada pasien.
“Kami melihat sendiri bagaimana kepala ruangan dan perawat memperlakukan pasien. Mereka ramah, hangat, bahkan bercanda dengan pasien. Rasanya pasien diperlakukan seperti keluarga sendiri,” tambah siswa lain dengan wajah kagum.
Pengalaman ini memberikan pelajaran penting bagi siswa bahwa menjadi perawat tidak hanya soal keterampilan teknis, tetapi juga soal ketulusan hati dalam merawat orang lain.
