Indikasi Medis Hemodialisa: Penyelamat Kehidupan di Tengah Kegagalan Ginjal

Ginjal adalah organ vital yang memainkan peran krusial dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi utamanya meliputi penyaringan darah untuk membuang produk limbah metabolik, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, serta memproduksi hormon penting. Ketika ginjal kehilangan kemampuannya untuk menjalankan fungsi-fungsi ini secara efektif, kondisi yang disebut gagal ginjal terjadi. Jika kegagalan ginjal mencapai tahap akhir atau menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa, intervensi medis seperti hemodialisa menjadi pilihan terapi yang tak terhindarkan.

Hemodialisa adalah prosedur medis yang menggunakan mesin eksternal (dialyzer atau "ginjal buatan") untuk membersihkan darah dari produk limbah, kelebihan cairan, dan elektrolit yang terakumulasi akibat fungsi ginjal yang terganggu. Prosedur ini melibatkan pengeluaran darah dari tubuh pasien, mengalirkannya melalui dialyzer, dan mengembalikan darah yang sudah bersih kembali ke tubuh. Keputusan untuk memulai hemodialisa bukanlah hal yang ringan; ia didasarkan pada serangkaian indikasi medis yang ketat, dengan tujuan utama untuk menyelamatkan nyawa, memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah komplikasi serius.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam berbagai indikasi medis yang menjadi dasar pertimbangan untuk memulai terapi hemodialisa, baik pada kasus gagal ginjal kronis (GGK) maupun gagal ginjal akut (GGA).

I. Indikasi Medis pada Gagal Ginjal Kronis (GGK) Tahap Akhir

Gagal Ginjal Kronis (CKD) adalah kondisi progresif di mana fungsi ginjal menurun secara bertahap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ketika CKD mencapai tahap akhir (Stadium 5), di mana laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) turun drastis, tubuh tidak lagi mampu mengelola produk limbah dan cairan, sehingga timbul sindrom uremia. Inilah saat hemodialisa paling sering diindikasikan.

1. Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG/GFR) yang Signifikan
Indikasi kuantitatif utama untuk memulai hemodialisa pada GGK adalah GFR yang sangat rendah, biasanya kurang dari 15 mL/menit/1,73 m². Pada tingkat ini, ginjal hanya berfungsi kurang dari 15% dari kapasitas normalnya. Namun, penting untuk dicatat bahwa angka GFR ini hanyalah panduan. Keputusan akhir sangat bergantung pada keberadaan gejala dan komplikasi yang terkait dengan uremia, bukan hanya angka GFR semata. Beberapa pasien mungkin dapat menoleransi GFR yang sedikit lebih rendah tanpa gejala berat, sementara yang lain dengan GFR yang sedikit lebih tinggi sudah menunjukkan gejala uremia yang parah.

2. Sindrom Uremia yang Simptomatik dan Progresif
Ini adalah indikasi yang paling penting dan sering menjadi pemicu utama dimulainya hemodialisa, terlepas dari nilai GFR. Sindrom uremia merujuk pada kumpulan gejala dan tanda yang muncul akibat akumulasi toksin uremik dalam tubuh. Gejala-gejala ini dapat memengaruhi hampir setiap sistem organ dan dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani:

  • Komplikasi Neurologis:
    • Ensefalopati Uremik: Ini adalah disfungsi otak yang disebabkan oleh akumulasi toksin uremik. Gejalanya bervariasi dari kelelahan, kesulitan konsentrasi, kebingungan, disorientasi, asterixis (flapping tremor), mioklonus, hingga kejang dan koma. Ini adalah indikasi mutlak untuk hemodialisa karena mengancam nyawa.
    • Neuropati Perifer: Sering terjadi pada kaki, menyebabkan rasa kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar, atau sindrom restless legs yang parah dan mengganggu tidur.
  • Komplikasi Kardiovaskular:
    • Overload Cairan yang Refrakter: Akumulasi cairan yang tidak dapat diatasi dengan diuretik atau pembatasan cairan. Ini dapat menyebabkan edema paru (cairan di paru-paru) yang mengakibatkan sesak napas berat, gagal jantung kongestif, dan hipertensi yang tidak terkontrol. Edema paru adalah indikasi darurat untuk dialisis.
    • Hipertensi Refrakter: Tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan dengan kombinasi obat antihipertensi, seringkali karena overload cairan atau aktivasi sistem renin-angiotensin yang berlebihan.
    • Perikarditis Uremik: Peradangan pada kantung yang mengelilingi jantung (perikardium) akibat iritasi oleh toksin uremik. Ini adalah kondisi yang sangat serius, dapat menyebabkan nyeri dada, demam, dan tamponade jantung (penumpukan cairan di sekitar jantung yang menghambat fungsinya). Ini adalah indikasi darurat yang memerlukan dialisis segera.
  • Komplikasi Gastrointestinal:
    • Anoreksia, Mual, dan Muntah Persisten: Akumulasi toksin uremik menyebabkan gangguan pencernaan yang parah, seringkali disertai rasa logam di mulut. Ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan dan malnutrisi.
    • Gastritis Uremik dan Ulserasi: Iritasi mukosa lambung dan usus dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan saluran cerna.
  • Komplikasi Hematologi:
    • Anemia Berat yang Refrakter: Meskipun anemia pada GGK sering disebabkan oleh defisiensi eritropoietin (EPO), akumulasi toksin uremik dapat memperburuknya dan membuatnya tidak responsif terhadap terapi EPO.
    • Diathesis Perdarahan (Gangguan Pembekuan Darah): Toksin uremik dapat mengganggu fungsi trombosit (sel pembeku darah), meningkatkan risiko perdarahan spontan atau berkepanjangan dari luka minor, mimisan, atau saluran cerna.
  • Gangguan Elektrolit dan Asam-Basa yang Mengancam Jiwa:
    • Hiperkalemia Berat yang Refrakter: Kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah (> 6,5 mEq/L) yang tidak responsif terhadap terapi medis. Ini adalah kondisi darurat karena dapat menyebabkan aritmia jantung yang fatal (misalnya, fibrilasi ventrikel).
    • Asidosis Metabolik Berat yang Refrakter: Penurunan pH darah yang signifikan akibat ketidakmampuan ginjal membuang ion hidrogen dan meregenerasi bikarbonat. Asidosis berat (pH < 7,1 atau kadar bikarbonat < 10 mEq/L) dapat mengganggu fungsi seluler dan organ, serta memperburuk komplikasi lain.
  • Komplikasi Lain:
    • Pruritus (Gatal-gatal) yang Berat: Akumulasi toksin uremik, gangguan metabolisme kalsium-fosfat, dan faktor lain dapat menyebabkan gatal-gatal yang sangat mengganggu, bahkan hingga melukai kulit akibat garukan berlebihan.
    • Malnutrisi Progresif: Kombinasi anoreksia, mual, muntah, dan peningkatan katabolisme protein pada uremia dapat menyebabkan penurunan status gizi yang parah, yang pada akhirnya memburuk prognosis.

II. Indikasi Medis pada Gagal Ginjal Akut (GGA)

Gagal Ginjal Akut (AKI) adalah penurunan mendadak fungsi ginjal yang terjadi dalam hitungan jam hingga hari. Tidak seperti GGK, AKI berpotensi reversibel jika penyebab dasarnya diatasi. Hemodialisa pada AKI sering kali bersifat temporer dan bertujuan untuk menstabilkan pasien sambil menunggu pemulihan fungsi ginjal. Indikasi untuk dialisis pada AKI sering diingat dengan akronim "AEIOU":

  • A: Asidosis Metabolik Berat yang Refrakter (Acidosis)
    • Seperti pada GGK, asidosis berat (pH < 7,1 atau bikarbonat < 10 mEq/L) yang tidak responsif terhadap koreksi dengan natrium bikarbonat intravena, memerlukan dialisis untuk membuang asam dan mengembalikan keseimbangan pH.
  • E: Gangguan Elektrolit yang Mengancam Jiwa (Electrolyte Imbalances)
    • Hiperkalemia Berat yang Refrakter: Ini adalah indikasi paling umum dan mendesak pada AKI. Kadar kalium serum > 6,5 mEq/L yang tidak merespons terapi medis standar (misalnya, insulin-glukosa, agonis beta-2, kalsium glukonat) memerlukan dialisis untuk mencegah aritmia jantung fatal.
    • Hipermagnesemia atau Hiperfosfatemia Berat: Meskipun lebih jarang, kadar magnesium atau fosfat yang sangat tinggi dapat terjadi pada AKI dan memerlukan dialisis jika menyebabkan gejala yang signifikan atau mengancam jiwa.
  • I: Intoksikasi atau Keracunan yang Dapat Didialisis (Intoxication)
    • Beberapa obat atau racun memiliki karakteristik molekuler yang memungkinkan mereka dihilangkan secara efektif dari darah melalui dialisis. Ini sangat penting dalam kasus overdosis akut. Contohnya meliputi:
      • Litium
      • Salisilat (aspirin)
      • Metanol
      • Etilen Glikol
      • Fenobarbital
      • Teofilin
  • O: Overload Cairan yang Mengancam Jiwa (Overload)
    • Akumulasi cairan yang berlebihan yang menyebabkan edema paru akut atau gagal jantung kongestif yang tidak responsif terhadap diuretik. Dialisis adalah cara paling efektif untuk menghilangkan kelebihan cairan dengan cepat dan aman.
  • U: Komplikasi Uremik Berat (Uremia)
    • Sama seperti pada GGK, akumulasi toksin uremik pada AKI dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam jiwa, seperti ensefalopati uremik, perikarditis uremik, atau diatesis perdarahan uremik. Jika gejala-gejala ini muncul pada AKI, dialisis segera diperlukan.

III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Memulai Hemodialisa

Keputusan untuk memulai hemodialisa bersifat sangat individual dan melibatkan pertimbangan berbagai faktor di luar indikasi medis murni:

  1. Kualitas Hidup Pasien: Meskipun angka GFR rendah, jika pasien masih asimptomatik dan memiliki kualitas hidup yang baik dengan manajemen konservatif, dialisis mungkin ditunda. Namun, jika gejala uremia sangat mengganggu kualitas hidup, dialisis dapat dimulai lebih awal.
  2. Preferensi Pasien dan Keluarga: Pasien dan keluarga harus sepenuhnya memahami manfaat dan risiko hemodialisa, serta dampaknya terhadap gaya hidup. Keputusan yang terinformasi dan kolaboratif sangat penting.
  3. Kondisi Komorbiditas: Kehadiran penyakit lain seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit paru kronis dapat memengaruhi waktu dan kelayakan untuk memulai dialisis.
  4. Akses Vaskular: Persiapan akses vaskular (misalnya, fistula arteriovenosa) memerlukan waktu. Seringkali, dialisis dimulai melalui kateter sementara sambil menunggu akses permanen matang.
  5. Prognosis Keseluruhan: Pada pasien dengan penyakit terminal lain yang tidak terkait dengan ginjal dan prognosis yang sangat buruk, keputusan untuk memulai dialisis mungkin dipertimbangkan ulang, dengan fokus pada perawatan paliatif.

Kesimpulan

Hemodialisa adalah intervensi medis yang vital dan seringkali menjadi penyelamat kehidupan bagi pasien dengan gagal ginjal. Indikasi untuk memulainya sangat bervariasi, mulai dari penurunan GFR yang signifikan pada gagal ginjal kronis tahap akhir hingga komplikasi akut yang mengancam jiwa pada gagal ginjal akut. Sindrom uremia dengan manifestasi neurologis, kardiovaskular, gastrointestinal, atau hematologi yang parah, serta gangguan elektrolit dan asam-basa yang refrakter, adalah pendorong utama keputusan ini.

Proses pengambilan keputusan selalu melibatkan evaluasi komprehensif terhadap kondisi klinis pasien, beratnya gejala, nilai laboratorium, dan yang terpenting, dampak pada kualitas hidup pasien. Pendekatan multidisiplin yang melibatkan nefrolog, perawat dialisis, ahli gizi, dan pekerja sosial sangat penting untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang paling tepat dan mendukung, dengan tujuan akhir untuk memperpanjang hidup dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Memahami indikasi ini adalah kunci bagi profesional medis dan pasien untuk membuat keputusan yang tepat demi kesehatan dan kesejahteraan pasien.

indikasi medis hemodialisa

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

By Hemodialisa Plara

HEMODIALISA RSUD Palabuhanratu Unit Hemodialisa RSUD Palabuhanratu merupakan suatu unit kesehatan yang melakukan proses cuci darah bagi penderita disfungsi ginjal. Saat ini unit hemodialisa melayani pasien BPJS dan umum, Fasilitas pelayanan, sarana dan prasarana & SDM 1. Unit hemodialisa RSUD Palabuhanratu memiliki 12 buah mesin yang berfungsi baik serta memiliki fasilitas mesin pengolahan air yang sangat baik dimana dapat menghasilkan air yang memenuhi standar persyaratan hemodialisa. 2. 12 (Dua Belas) buah tempat tidur pasien yang dapat diubah sesuai kondisi pasien sehingga merasa nyaman selama hemodialisa 3. Ruang Hemodialisa RSUD Palabuhanratu berada dekat dengan Instalasi Gawat Darurat. Kamar ini juga dilengkapi dengan lobi ruang tunggu bagi keluarga pasien, TV, AC, dan dispenser untuk menambah kenyamanan selama menjalani proses hemodialisa 4. Proses hemodialisa berlangsung lama yaitu kurang lebih 4-5 jam untuk setiap pasien, difasilitasi dengan TV untuk membuat pasien nyaman ketika proses cuci darah berlangsung. 5. Dengan tenaga dokter dan perawat mahir yang telah mendapatkan pelatihan hemodialisa mahir.